Suatu
hari seseorang berkata pada saya, “Jadi petani itu gampang kok! Pokok
punya duit buat beli lahan, beli bibit, pupuk, dsb. Tenaga bisa ngupahi
orang. Beres wis, jadi petani!”
Saya senyum-senyum, tidak
mengiyakan juga tidak membantahnya. Saya kepikiran, kira-kira ada berapa
banyak ya, “enterprener tani”—demikian dia menyebut dirinya—di endonesa
tersiksa ini? Kayaknya memang banyak. Dan saya kok diam-diam jadi
sedih. Gak duuemen saya sama makeluk tani kayak prejengan orang itu.
Tapi bagaimanapun juga mau gimana-gimana itu hak dia. Maka saya pun jadi
pingin menggunakan hak saya sendiri: nulis ini sebisa saya.
***
Selasa, 27 Januari 2015
Jumat, 23 Januari 2015
Sepeda Mini antik
Selasa, 20 Januari 2015
Tak harus sempurna untuk memulai
telah ku insyafi
tak banyak yang kupunya untuk melangkah maju
telah ku hayati
tak ubahnya bayi yang baru dilahirkan, diriku ini.
tak tau apa - apa
tak banyak yang kupunya untuk melangkah maju
telah ku hayati
tak ubahnya bayi yang baru dilahirkan, diriku ini.
tak tau apa - apa
Langganan:
Postingan (Atom)